Monster Parents dalam Dunia Pendidikan

Posted: May 24, 2012 in Gagasanku

OPINI | 23 May 2012 | 08:47 Dibaca: 185 Komentar: 0 Nihil

Selepas Nagasaki dan Hiroshima di bom nuklir oleh tentara sekutu, Kaisar Hirohito tidak bertanya berapa banyak tentara yang tersisia,pun juga tidak bertanya berapa kerugiaan yang di deritanya. Namun, beliau mengajukan satu pertanyaan yang sangat fenomenal. Dan pertanyaan itu adalah: Berapa banyak guru yang masih tersisa?. Kaisar Hirohito menyadari betapa penting peran seorang guru dalam membangun kejayaan negerinya. Tersisanya banyak guru sama dengan mendapatkan triliunan cash flow yang akan menggerakkan sekaligus memutar peradaban dan kemajuan negaranya.

Dan akhirnya pertanyaan fenomenal itu membuktikan dirinya dengan menjadikan Jepang salah satu kampiun besar dalam hampir segala bidang di dunia. Kreatifitas dan kejeniusan warga negaranya menjadikan HONDA,SUZUKI,YAMAHA,MITSUBISHI dan lainnya sebagai raja kendaraan di seluruh dunia. Produk-produk elektronik dan high tech lainnya juga menuai kesuksesan yang serupa. Kemajuan ini tidak bisa dilepaskan dari guru-guru yang berdedikasi dan mengabdi penuh keikhlasan bagi kemajuan bangsanya (Jepang). Guru-guru yang dijadikan sumber utama inspirasi setelah sekutu menjatuhkan dua Bom nuklirnya di Hiroshima dan Nagasaki.

Peran guru kemudian mendapat tempat yang sangat mulia di hati bangsa Jepang. Guru begitu di hormati dan dihargai. Disisi lain, kemajuan yang didapat bangsa Jepang menempatkannya sebagai bangsa makmur. Dengan pendapatan yang sangat tinggi, mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan sangat mudah. Jepang berkembang sangat cepat menjadikan kota-kotanya sangat besar baik dari aspek perputaran ekonomi maupun layanan dan fasilitas publiknya.Booming ini telah menciptakan generasi-generasi yang sangat dimanjakan oleh kekayaan dan fasilitas yang serba mewah dan memudahkan. Remaja-remaja Jepang tumbuh menjadi golongan yang sangat hedonis. Hidup serba berkelebihan,mau minta apa saja dapat dengan mudah terpenuhi.Kondisi itulah yang salah satunya kemudian mendorong mulai lunturnya penghargaan dan penghormatan mereka pada guru. Beberapa tahun terakhir ini,kondisi ini sering disebut dengan Monster Parents Phenomena.

Sebuah gejala dalam pendidikan Jepang dimana orang tua siswa banyak melakukan keluhan-keluhan atas layanan yang diberikan kepada anaknya di sekolah.Orang tua tidak ingin anaknya diperlakukan tidak baik meski kadang kenakalan sang anak diatas ambang batas. Mereka ingin anaknya mendapat layanan pendidikan terbaik,mengawasi gerak-gerik guru di kelas dan sederet aksi-aksi lainnya. Kondisi ini mendorong banyak guru di Jepang menjadi sangat rentan stress. Tingkat stress ini meningkat 3 kali lipat beberapa tahun terakhir. Cuti yang diambil sebagian besar guru (63 %) disebabkan karena stress mental akibat tekanan dari Monster Parents. Karenanya kemudian pemerintah Jepang mengeluarkan sebuah buku panduan untuk mengatasi aksi Monster Parents.Di dalam buku itu para guru diajari bagaimana mengatasi “keganasan” para orang tua monster tadi. Dengan harapan sang guru menjadi terampil dan terbiasa menghadapi tekanan yang bertubi-tubi dari para monster itu.

Secara sederhana Monster Parents mengacu pada orang tua siswa yang secara keras mengeluhkan pihak sekolah dan administrasi atas pelayanan dan perlakuan yang anak mereka terima di sekolah.Wujud dari kecongkakan orang tua sekaligus tindakan irasional menjadi persoalan tersendiri pada pendidikan Jepang akhir-akhir ini.Salah satu contoh keluhan dan keinginan para orang tua monster itu antara lain:mencetak buku pelajaran sendiri dengan berbagai photo kegiatan siswa di dalamnya, menyediakan makan siang,dan menjemput siswa sampai di depan rumah. Tidak hanya itu saja, banyak mosnter parents yang melakukan intimidasi terhadap para guru, mengeluarkan isu-isu sepihak yang berakibat pemecatan seorang guru. Dan masih banyak yang lainnya. Terlebih lagi kalau berbicara tuntutan akademik yang sering membuat para guru pusing sekaligus stress.

Bagaimana dengan negara kita, adakah monster parents tersebut?besar kemungkinan ada,namun tidak sedahsyat yang terjadi di Jepang. Di tanah air,Banyak orang tua mengeluhkan biaya sekolah anak-anaknya,ketimbang misalnya kualitas pendidikan yang akan anak-anak mereka terima itu sendiri.Hal ini menjadi sangat wajar,mengingat faktor ekonomis,pendidikan dan kesejahteraan yang benar-benar jomplang antara kedua negara.

Meski pendidikan menjadi prioritas utama pembanguanan bangsa,namun tidak banyak orang tua yang peduli terhadap kualitas pendidikan anaknya. Hal ini sangat terlihat jelas dari pola hubungan antara sekolah dan orang tua. Pola hubungan yang seolah-olah dipisahkan oleh tembok yang sangat tebal dan tinggi.Sebagai contoh,di Jepang, orang tua diundang untuk mengobservasi jalannya pembelajarn di kelas. Ini adalah wujud dari pertanggungjawaban sekolah terhadap kepercayaan yang diberikan oleh orang tua. Di program itulah orang tua bisa menilai seberapa bagus layanan pendidikan yang diberikan kepada anaknya.Pun juga menjadi obat penenang bagi kekawatirannya akan layanan pendidikan yang diberikan pada anaknya. Orang tua tidak sekedar dipandang “liyan” dalam atmosphere sekolah,namun bagian tak terpisahkan dari padanya. Sekolah juga sering mengadakan acara gahtering/kegiatan bersama anatara sekolah dengan keluarag,semisal lomba olahraga yang menandingkan satu keluarga dengan keluarga siswa lainnya.Jadi keluarga siswa dan sekolah adalah satu kesatuan yang utuh.

Mungkin ini agak kontras dengankita, dimana sekolah mengadakan perkumpulan saat akan menarik sumbangan. Sehingga banyak orang tua yang paham jika mendapat undangan sekolah,pasti ada dua kemungkiinan :yaitu rapat iuran tetek bengek,atau persoalan terkait dengan kenakalan anaknya!Belajar dari mosnter parent,ada baiknya kita memulai untuk membangun hubungan yang lebih bermakna dengan orang tua siswa. Pola hubungan yang didasari oleh kesadaran bersama untuk meningkatkan layanan dan mutu keluaran pendidikan,bukan hubungan komersialisasi pendidikan layaknya penjual dan pembeli.Lambat laun namun pasti Mosnter Parents juga akan segera hadir di sekolah-sekolah kita,alangkah baiknya jika kita persiapkan terlebih dulu kedatangannya dengan perbaikan kualitas pembelajaran dan tata kelolah pendidikan kita yang lebih baik.Karena tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang lebih baik.Semoga!!!!

Comments
  1. theguru216 says:

    good and inspiring article

Leave a comment